Penggunaan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Bioenergi Masa
Depan
Annisa Wigati LT-ID/02
Wiwigatisa@yahoo.co.id
Jurusan Teknik Elektro Polines Prodi Teknik
Listrik
I.
pendahuluan
Bioenergi
merupakan energi alternatif yang berasal dari sumber-sumber biologis.
Keunggulan pemanfaatan bioenergi ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar fosil.
II. ISI
Energi Alternatif Ramah
Lingkungan
Indonesia
sesungguhnya memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah besar.
Momentum krisis BBM saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menata dan
menerapkan dengan serius berbagai potensi tersebut. Meski saat ini sangat sulit
untuk melakukan substitusi total terhadap bahan bakar fosil, namun implementasi
sumber energi terbarukan sangat penting untuk segera dimulai
Salah satu sumber energi alternatif yang
mungkin bisa diterapkan dalam skala luas adalah jarak pagar. Jarak pagar
(Jatropha curcas), sudah sangat akrab dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat
desa pun sudah lama mengenal minyak jarak ini sebagai bahan bakar alternatif.
Di NTT misalnya, masyarakat desa sudah terbiasa menggunakannya sebagai bahan bakar
lentera. Bahkan pada masa penjajahan Jepang jarak pagar sudah dimanfaatkan
untuk bahan bakar pesawat terbang dan minyak lampu
Di Indonesia
terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar (Ricinus
communis), jarak bali (Jatropha podagrica ), jarak ulung (Jatropha
gossypifolia L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas). Diantara jenis
tanaman jarak tersebut yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar
alternatif adalah jarak pagar (Jatropha curcas) dalam bahasa inggris
disebut “physic Nut”.Jarak Pagar (Jatropha curcas) seringkali salah
diidentifikasi dengan tanaman jarak kepyar (Ricinus communis) dalam bahasa
inggris disebut “Castor Bean”.Tanaman jarak Jatropha curcas (Physic Nut) dan
ini juga sama – sama banyak ditemukan di daerah tropis seperti indonesia
bahkan dari kedua jenis tanaman ini dapat diperoleh ekstrak minyak dari
bijinya.hanya saja tanaman jarak Ricinus communis seringkali terkait dengan
produksi “ricin” yaitu racun yang berbahaya dan banyak digunakan untuk
penelitian terapi penyakit kanker sedangkan tanaman jarak jatropha curcas
menghasilkan racun “krusin”tetapi lebih banyak terkait dengan informasi
“biodiesel” atau “biofuel”.kedua tanaman inin berbeda baik dalam bentuk
morfologi tanaman maupun minyak yang dihasilkannya. Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki
drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5.0 – 6.5
Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan (land clearing), pengajiran dan pembuatan lubang tanam. Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari semak belukar terutama disekitar calon tempat tanam. Pengajiran dilakukan dengan menancapkan ajir (dari bambu atau batang kayu) dengan jarak tanam disesuaikan dengan jumlah tanaman yang direncanakan. Penanaman dengan jarak tanam 2 x 3 m (1660 pohon/ha), 2 x 2 m (2500 pohon/ha) atau 1.5 x 2 m (3330 pohon/ha). Pada areal yang miring sebaiknya digunakan sistem kontur dengan jarak dalam barisan 1.5 m. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Bahan tanaman dapat berasal dari stek cabang atau batang, maupun benih. Jika menggunakan stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup berkayu. Sedangkan untuk benih dipilih dari biji yang telah cukup tua yaitu diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna hitam. Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan. Setiap polibag diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dapat dicampur pupuk kandang. Setiap polibag ditanami 1 (satu) benih. Tempat pembibitan diberi naungan / atap dengan bahan dapat berupa daun kelapa, jerami atau paranet. Lama di pembibitan 2 – 3 bulan. Kegiatan yang dilakukan selama pembibitan antara lain penyiraman (setiap hari 2 kali pagi dan sore), penyiangan, dan seleksi. Penanaman dilakukan pada awal atau selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Bibit yang ditanam dipilih yang sehat dan cukup kuat serta tinggi bibit sekitar 50 cm atau lebih. Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan) dengan menggunakan stek cabang atau batang. Pemupukan dapat dilakukan sesuai tingkat kesuburan tanah setempat. Pemberian pupuk organik disarankan untuk memperbaiki struktur tanah. Pemangkasan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan jumlah cabang produktif. Pemangkasan batang dapat mulai dilakukan pada ketinggian sekitar 20 cm dari permukaan tanah untuk meningkatkan jumlah cabang. Pemangkasan dilakukan pada bagian batang yang telah cukup berkayu (warna coklat keabu-abuan). Mulai berbunga setelah umur 3 – 4 bulan, sedangkan pembentukan buah mulai pada umur 4 – 5 bulan. Pemanenan dilakukan jika buah telah masak, dicirikan kulit buah berwarna kuning dan kemudian mulai mengering. Biasanya buah masak setelah berumur 5 – 6 bulan. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan jika dipelihara dengan baik dapat hidup lebih dari 20 tahun. Cara pemanenan dengan memetik buah yang telah masak dengan tangan atau gunting. Produktivitas tanaman jarak berkisar antara 3.5 – 4.5 kg biji / pohon / tahun. Produksi akan stabil setelah tanaman berumur lebih dari 1 tahun. Dengan tingkat populasi tanaman antara 2500 – 3300 pohon / ha. Jika rendemen minyak sebesar 35 % maka setiap ha lahan dapat diperoleh 2.5 – 5 ton minyak / ha / tahun. Pemanfaatan minyak Jarak (Jatropha curcas L) sebagai bahan balar alternatif ideal untuk mengurangi tekanan permintaan bahan bakar minyak dan penghematan penggunaan cadangan devisa. Pemanfaatan minyak Jarak (Jatropha curcas L) sebagai bahan bio-diesel merupakan alternatif yang ideal untuk mengurangi tekanan permintaan bahan bakar minyak dan penghematan penggunaan cadangan devisa. Minyak Jarak Pagar selain merupakan sumber minyak terbarukan (reneweble fuels) juga termasuk non edible oil sehingga tidak bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia seperti pada minyak kelapa sawit, minyak jagung dll.
Biodiesel bukan barang baru di Indonesia. Di jaman Jepang, orang
Indonesia disuruh membuat minyak diesel dari tanaman jarak untuk menggerakkan
mesin-mesin perangnya. Saat itu, Jepang mulai kehabisan BBM. Di masa kini,
strategi itu ditinjau kembali. Kini biodiesel telah dikembangkan oleh para
pakar ITB. BBM alternatif satu ini sudah 100 persen biodisel alami.
Pengolahannya cukup sederhana. Sekitar 50 kilogram buah jarak dihancurkan
dengan blender atau dipres dengan mesin diesel. Hasilnya diperas, kemudian
dilakukan penyaringan dan pemurnian sampai menghasilkan minyak. Untuk setiap
10 kilogram buah bisa dihasilkan sekitar 3,5 liter minyak jarak yang sama
kualitasnya dengan solar. Bedanya tipis sekali, yakni minyak jarak memiliki
lebih banyak oksigen dan nilai kalorinya lebih rendah dari solar serta proses
pembakaran pada minyak jarak lebih sempurna dan bersih.
Secara
agronomis tanaman Jarak Pagar dapat beradaptasi dengan lahan dan agroklimat
di Indonesia, bahkan dapat tumbuh pada kondisi kering dan pada lahan
marginal/kritis. Akan tetapi ada permasalahan yang dihadapi, yaitu belum
adanya varietas unggul dan teknik budidaya yang memadai. Puslitbang Teknologi
lsotop dan Radiasi BATAN telah memanfaatkan teknologi nuklir untuk mendapatkan varietas unggul
tanaman jarak pagar melalui perbaikan genetik dengan tujuan meningkatkan
produktivitas dan kandungan minyak biji Jarak. Departemen Pertanian berencana
mengembangkan 1,2 juta hektar lahan jarak pagar di Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, dan Papua. Tanaman ini
tidak hanya jadi salah satu alternatif pengganti BBM berbahan dasar fosil,
melainkan juga untuk merehabilitasi lahan kritis 23 juta hektar di Indonesia
dan menyerap banyak tenaga kerja sekaligus mengurangi angka kemiskinan.
Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan.: (1) biodiesel memiliki bilangan
kualitas pembakaran yang lebih tinggi daripada solar yang ada di pasaran. (2)
biodiesel adalah bahan bakar beroksigen. Karenanya, penggunaannya akan
mengurangi emisi CO dan jelaga hitam pada gas buang atau lebih ramah
lingkungan. (3) titik kilat tinggi, yakni temperatur tertinggi yang dapat
menyebabkan uap biodiesel dapat menyala. Sehingga, biodiesel lebih aman dari
bahaya kebakaran. (4) tidak mengandung belerang dan benzena yang mempunyai
sifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami. Sehingga ramah
lingkungan. (5) dilihat dari segi pelumasan mesin, biodiesel lebih baik
daripada solar sehingga pemakaian biodiesel dapat memperpanjang umur pakai
mesin. (6) dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai
komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.
|
Indonesia memiliki beberapa sumber
energi terbarukan yang berpotensi besar, antara lain energi hidro dan
mikrohidro, energi geotermal, energi biomassa, energi surya dan energi angin.
Kelebihan energi terbaharukan diatas dibandingkan dengan energi fosil, selain
memang sifatnya yang dapat diperbaharui secara terus menerus, juga lebih ramah
terhadap lingkungan. Emisi yang dikeluarkan lebih rendah, terutama gas
karbondioksida sehingga mampu mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan
pemanasan global.
Membudidayakan dan memanfaatkan
biomassa menjadi sumber energi atau biasa disebut dengan energi hijau, dapat
diperoleh melalui proses yang lebih sederhana dan nilai investasi lebih murah.
Hal itulah yang menjadi kelebihan dari energi biomassa bila dibandingan energi
terbaharukan diatas. Proses energi biomassa sendiri memanfaatkan energi
matahari untuk merubah energi panas menjadi karbohidrat melalui proses
fotosintesis dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Proses pelepasan
karbon dioksida terjadi saat pembakaran biomassa, sehingga terjdi keseimbangan
jumlah karbon diatmosfer. Sebenarnya manusia telah memanfaatkan enegi biomassa
sejak lama sebelum ditemukannya bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan
batubara. Secara sederhana, biomassa berupa kayu atau yang lainnya dibakar
secara langsung.
Sebagai negara agraris beriklim
tropis, Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan bahan baku biomassa
yang melimpah. Potensi ini dapat dijadikan dasar sebagai upaya untuk
pengembangan energi terbaharukan dari biomassa.
Pengembangan Minyak Jarak Sebagai Bahan
Bakar Alternatif
Pertengahan
tahun 2004, DaimlerChrysler, salah satu perusahaan otomotif terkemuka, berhasil
mengujicobakan penggunaan bahan bakar BTL (Biomass to Liquid) pertama di dunia
pada mobil Mercedes-Benz seri C (Mercedes-Benz C 220, red.), menempuh jarak
5.900 km dalan kondisi lingkungan yang ekstrim di India (India Daily,
19/7/2004). Bahan bakar tersebut kemudian diberi nama dagang SunDiesel,
diperoleh dari minyak jarak dan merupakan salah satu program DaimlerChrysler
dalam mengembangkan Biodiesel.
Pengembangan minyak dari tanaman jarak melalui pendekatan ilmiah di Indonesia,
dipelopori oleh Dr. Robert Manurung dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak
tahun 1997 dengan fokus ektraksi minyak dari tanaman jarak. Sejak tahun 2004
yang lalu, penelitian ini mendapat dukungan dari Mitsubishi Research Institute
(Miri) dan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO)
dari Jepang (Kompas, 12/5/2005). Menghadapi krisis BBM dan kenaikan harga BBM
di Indonesia, Pemerintah mulai menggali sumber-sumber energi alternatif. Minyak
jarak ini pun mulai mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah.
Ada satu optimisme peluang pasar minyak jarak ini cukup
terbuka dengan munculnya pernyataan Direktur Utama Pertamina yang menyebutkan
bahwa Pertamina siap menampung minyak jarak dari masyarakat untuk diproses
lebih lanjut sebagai Biodiesel. Minyak
jarak pagar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar serta untuk bahan pembuatan sabun dan kosmetik. Jarak pagar merupakan tanaman yang tahan kekeringan, mampu tumbuh dengan cepat, serta dapat digunakan sebagai sumber kayu bakar, mereklamasi lahan yang tererosi, dan sebagai pagar hidup di pekarangan atau pembatas lahan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2006a).
Minyak jarak (Jatropha oil)
akhir-akhir ini mulai banyak diperkenalkan sebagai energi alternatif biodiesel.
Biodiesel tersebut dihasilkan dari minyak yang diperoleh dari biji tanaman
jarak yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Dan dalam berbagai
penelitian tentang minyak yang dihasilkan oleh tanaman ini dalam pembahasan
berikut, tampaknya dapat menjadi substitusi bahan bakar diesel.
Jarak pagar mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman penghasil
minyak pengganti BBM, karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu antara lain :
1. Relatif mudah dibudidayakan oleh petani kecil, dapat ditanam sebagai batas
kebun, dapat ditanam secara monokultur atau campuran (intercropping),
cocok di daerah beriklim kering, dapat ditanam sebagai tanaman konservasi
lahan, dan juga dapat ditanam dipekarangan atau sekitar rumah, sehingga basis
umber bahan bakunya dapat sangat luas.
2. Pemanfaatan biji atau minyak jarak pagar tidak berkompetisi dengan
penggunaan lain karena termasuk kelompok non pangan sehingga harganya relatif
stabil
3. Proses pengolahan minyak jarak kasar (crude jatropha oil / CJO) atau
untuk kebutuhan rumah tangga pengganti minyak tanah sangat sederhana sehingga
mudah dilakukan masyarakat tani pada umumnya. Pengolahan bahan bakar motor
pengganti solar (biodiesel) juga tidak memerlukan teknologi tinggi
(dibandingkan minyak bumi) sehingga investasinya relatif murah.
Pengembangan
Minyak Jarak
Pengembangan minyak dari tanaman jarak melalui pendekatan ilmiah di Indonesia,
dipelopori oleh Dr. Robert Manurung dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak
tahun 1997 dengan fokus ektraksi minyak dari tanaman jarak. Sejak tahun 2004
yang lalu, penelitian ini mendapat dukungan dari Mitsubishi Research Institute
(Miri) dan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO)
dari Jepang (Kompas, 12/5/2005).
Menghadapi krisis kelangkaan BBM dan kenaikan harga BBM di Indonesia,
Pemerintah mulai menggali sumber-sumber energi alternatif. Minyak jarak ini pun
mulai mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Setelah dirintis oleh ITB
kemudian diikuti oleh IPB, dan selanjutnya diikuti oleh lembaga pemerintah
pusat yaitu BPPT, dan oleh pemerintah daerah seperti Pemprov. Nusa Tenggara
Timur, Pemprov. Nusa Tenggara Barat, Pemkab. Purwakarta dan Pemkab. Indramayu,
serta oleh BUMN seperti PT. Pertamina, PT. PLN dan PT. Rajawali Nusantara
Indonesia (RNI), semua saling bekerja sama untuk pengembangan minyak jarak
sebagai bahan bakar minyak alternatif ini. Tidak ketinggalan Sekolah Menengah
Kejuruan bidang pertanian pun akan mengikuti pengembangan minyak jarak ini,
untuk bahan bakar minyak alternatif.
Kekayaan sumber daya alam Indonesia tidak
diragukan lagi. Namun, nilai tambah yang dihasilkan masih jauh dari harapan.
Kita perlu segera mengoptimalkan kekayaan sumber daya alam. Selain itu,
republik ini menghadapi tekanan harga minyak mentah dunia cukup tinggi, di mana
APBN menanggung subsidi BBM dan listrik.
KONVERSI JARAK PAGAR
Jarak pagar seperti disebutkan
diatas merupakan potensi yang sangat besar dari proyeksi strategis pemerintah.
Konversi jarak pagar kedalam energi terbaharukan akan menghasilkan produk
berupa bahan bakar padat, cair dan gas. Masing-masing produk diambil dari
bagian jarak pagar yaitu cangkang dan limbah untuk bahan bakar padat. inti biji
untuk cair dengan pemerasan, sedangkan gas melalui proses anaerobic digestion
ketiganya ditambah dengan daging buah dan menghasilkan gas methane.
a. Bahan bakar cair (liquid
biofuels)
Bahan bakar cair merupakan produk
utama dari jarak pagar yang terdiri dari cruide jatropha oil (CJO), minyak
jarak murni atau pure plant oil (PPO)dan biodiesel. Untuk menghasilkan beberapa
bahan bakar diatas dibutuhkan inti biji dari jarak pagar. Beberapa industri
pengolahan bahan bakar cair mengikutkan cangkang inti biji untuk proses,
sehingga tidak diperlukan proses pengelupasan cangkang dari inti buah.
Ekstraksi minyak jarak dari inti
buah atau inti buah dan cangkang dilakukan dengan menggunakan alat pengepresan
bisa menggunakan press tipe hidrolik (hydraulic pressing) maupun press
tipe ulir (expeller pressing). Masing masing jenis press memiliki
kelebihan dan kekurangan. Seperti kapasitas, jumlah rendeman dan inti buah murni
atau campuran. Inti buah jarak yang telah kering dimasukan kedalam mesin press,
produknya berupa minyak cair dan membutuhkan penyaringan untuk menghilangkan
sludge dari hasil ekstraksi. Hasil dari press dan penyaringan berupa minyak
mentah jarak pagar atau CJO (cruide jatropha oil). Minyak CJO dapat
diaplikasikan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah,. Dapat di bakar
langsung dengan spesifikasi kompor tertentu atau dicampur dengan minyak tanah
untuk menurunkan viskositasnya.
Gambar 1. Proses pengolahan jarak
pagar menjadi bahan bakar cair.
Melalui proses pemurnian dengan
menggunakan esterifikasi dan transesteriikasi akan dihasilkan bahan bakar cair
berupa biodiesel. Sedangkan melalalui proses deasifikasi atau penetralan akan
dihasilkan minyak jarak murni atau pure plant oil (PPO). Produk pendamping dari
proses ini adalah bungkil dan sludge yang akan diproses kembali menjadi bahan
bakar padat ataupun gas.
b. Bahan bakar padat (solid
biofuels)
Dalam bagian biji jarak pagar yang
terdiri dari inti biji dan cangkang memiliki kandungan minyak 25 – 35 %
sehingga masih menyisakan bagian limbah yaitu sludge dan bungkil sebesar 75 –
65 %. Limbah tersebut dapat diproses menjadi bahan bakar pada dengan proses
densifikasi, baik karbonisasi maupun non-karbonisasi. Pada proses karbonisasi,
sebelum limbah diproses densifikasi, dimasukan kedalam reaktor karbonisasi
untuk menghilangkan moisture (kandungan air), volatile mater (zat terbang)
serta tar. Sedangkan proses non-karbonisai limbah hasil proses ekstraksi langsung
dilakukan densifikasi dibentuk briket menggunakan alat press tipe hidrolik
maupun ulir.Hasil densifikasi berupa briket yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar padat. Briket langsung dibakar kedalam tungku atau kompor .
Gambar 2. Proses pengolahan jarak
pagar menjadi bahan bakar padat
c. Bahan bakar gas (anerobic
digestion)
Proses anaerobic igestion yaitu
proses dengan melibatkan mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen dalam suatu
digester. Proses ini menghasilkan gas produk berupa metana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2) serta beberapa gas yang jumlahnya kecil, seperti H2, N2, dan
H2S. Proses ini bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu anaerobic
digestion kering dan basah. Perbedaan dari kedua proses anaerobik ini
adalah kandungan biomassa dalam campuran air. pada anaerobik kering memiliki
kandungan biomassa 25 – 30 % sedangkan untuk jenis basah memiliki kandungan
biomassa kurang dari 15 % (Sing dan Misra, 2005).
Limbah jarak pagar, bungkil dan
sludge selain dapat dijadikan bahan bakar padat dengan densification seperti
diatas, juga dapat di konversi kedalam bahan bakar gas melalui proses anaerobic
digestion. Selain itu, daging buah jarak pagar dapat juga dimasukan kedalam
digester untuk menghasilkan biogas.
Keunggulan Jarak Pagar
Kenapa tanaman jarak? Selain
tanaman jarak Indonesia memiliki sekitar 40-an jenis tanaman lain yang dapat
menghasilkan minyak dan dikembangkan sebagai biofuel. Namun dibandingkan dengan
tanaman penghasil minyak lainnya tanaman jarak memiliki banyak keunggulan.
Secara agronomis tanaman jarak
merupakan tanaman yang tidak memerlukan perawatan yang intensif bahkan tidak
perlu karena termasuk dalam kategori tanaman yang mudah tumbuh di lahan kritis.
Hal ini menjadikan jarak pagar sebagai alternatif pilihan utama untuk dikembangkan.
Tanaman jarak pagar dapat
difungsikan untuk memulihkan kembali lahan kritis yang saat ini mencapai
sekitar 22 juta hektar. Dengan lahan seluas itu dan tingkat produktivitas
minyak jarak sebesar 35% dari biji kering yang dihasilkan, setidaknya kita dapat
memperoleh tidak kurang dari 600 juta barel minyak jarak setiap tahunnya. Angka
tersebut melebihi kapasitas produksi minyak bumi indonesia yang rata-rata
mencapai 500 juta barel.
Kendala Pengembangan
Bioenergi dari Minyak Jarak
Issu pemanfaatan jarak pagar
sebagai sumber energi alternatif sudah lama didengungkan. Namun, di Indonesia
tanaman ini belum mendapat perhatian khusus karena pemerintah masih terbuai
dengan kekayaan bahan bakar fosil di beberapa daerah.
Ada beberapa kendala pengembangan
bahan bakar nabati dari minyak jarak di Indonesia saat ini, yaitu:
1.
Secara Komersil belum bisa bersaing dengan bahan bakar fosil
Selama ini jarak pagar tidak
dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak solar dan minyak
tanah karena secara komersial tidak bisa bersaing dengan BBM solar dan minyak
tanah yang relatif murah karena disubsidi pemerintah.
2.
Pengembangan tanaman jarak dalam skala komersil dikhawatirkan akan merampas
lahan potensial untuk tanaman pangan dan hortikultura.
Penanaman tanaman jarak dalam
skala besar membutuhkan lahan yang tidak sedikit, dan hal ini akan merampas
lahan potensial yang seharusnya diperuntukkan bagi tanaman pangan dan
hortikultura. Pengembangan jarak dalam skala yang luas tentu saja mendapat
tentangan dari berbagai elemen masyarakat khususnya dinas pertanian dan tanaman
pangan
3.
Tingginya biaya produksi dan sulitnya pemasaran
Budi daya tanaman jarak pagar
sebagai sumber bahan bakar alternatif, tersandung masalah tingginya biaya
produksi dan pemasaran. Akibatnya, semangat petani mengendur, bahkan di
antaranya ada yang membabat kembali tanaman jarak yang diusahakannya. Hal ini
terjadi karena belum adanya minat beli terhadap hasil panen. Sejauh ini pabrik
pengolahan minyak jarak belum jelas.
Kekurangan
Biodiesel dari Jarak
- Produktivitas paling optimis 5 ton/ha/tahun.
Diketahui 1 liter biodiesel membutuhkan 3-4 kg biji jarak kering. Bila
harga biodiesel harus lebih rendah daripada minyak diesel (petrol-based),
Rp 4300/liter, maka harga maksimum biji jarak adalah Rp 1000/kg. Atau
harga per kg biji kering jarak pagar sekitar Rp 500 – Rp 800 (Basuki,
13/09/2006). Jadi potensi pendapatan maksimum adalah Rp 5jt/ha/tahun,
dimana biaya bibit (Rp 3.5jt/ha), pupuk, tenaga kerja, biaya lahan, pun
proses biodiesel, belum diperhitungkan (Kompas, 18/02/2006). Total biaya
pengolahan (esterifikasi dsb) + total biaya produksi untuk menghasilkan
minyak biodiesel per liternya adalah Rp 3500, karena dalam proses
pengolahan minyak jarak menjadi minyak biodiesel diperlukan bahan baku lain
misalnya Etanol dan Caustic Soda (NaOH) sebagai bagian dari proses
esterifika (Basuki, 13/09/2006).
- Belum ada bukti cukup keberhasilan monokultur
jarak dalam luasan yang besar
- Pengadaan bibit unggul jarak belum menunjukkan
hasil yang memadai (agrobisnis besar memerlukan bibit unggul dalam jumlah
besar)
- Pada tingkat potensi produksi yang tinggi,
penghasilan dari minyak jarak sangat tidak bersaing (bila anda memiliki
berhektar-hektar lahan, apakah anda akan mengejar penghasilan Rp
5jt/tahun/hektar?)
- Permainan jarak adalah permainan sampingan, dan inilah ekonomi gerilya (ekonomi kerakyatan)
Peluang dan solusi
pengembangan
Namun demikian ide untuk
menjadikan tanaman jarak sebagai sumber energi alternatif masih memiliki
peluang besar untuk dikembangkan. Beberapa kendala pengembangan bioenergi
minyak jarak diatas terjadi karena belum tersosialisasikannya potensi tanaman
dan belum adanya perhatian serius pemerintah, akademisi maupun pelaku usaha
terhadap pengembangan bio energi ini.
Ketika harga BBM meningkat tajam
dan tampaknya tidak mungkin lagi menikmati BBM murah, maka semua pihak mulai
sadar perlunya mencari bahan bakar alternatif, khususnya yang terbarukan.
Mengalihkan perhatian dari bahan bakar fosil ke bahan bakar nabati (BBN)
berbasis tanaman jarak ini merupakan keputusan yang bijak. Karena selain dapat
mengatasi krisis energi BBN ini juga akan mengatasi krisis lingkungan akibat
pencemmaran udara.
Kekhawatiran beberapa kalangan
bahwa pengembangan tanaman jarak dalam skala luas akan merebut lahan-lahan
potensial bagi tanaman pangan dan hortikultura sangat tidak beralasan. Karena
pengembangan tanaman jarak secara komersial tidak mesti dilakukan dilahan
potensial. Tanaman jarak dapat tumbuh dengan baik di berbagai kondisi lahan
bahkan lahar marginal sekalipun.
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan tanaman jarak dalam skala luas adalah dengan memanfaatkan
lahan-lahan non potensial. Ada beberapa alternatif menarik yang bisa
dikembangkan sebagai model diantaranya yaitu:
1.
Pemanfaatan lahan tercemar limbah beracun.
Beberapa lahan bekas pembuangan
limbah pabrik dan penambangan biasanya banyak mengandung limbah beracun Jika
ditanami dengan tanaman budidaya selain akan menghambat pertumbuhan tanaman
juga akan membahakan bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.
Tanaman jarak memiliki ketahanan
yang cukup tinggi terhadap pencemaran logam berat. Diperkirakan tanaman jarak
dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang tercemar sekalipun. Saat ini sedang
dikembangkan beberapa penelitian untuk mengetahui daya tahan jarak terhadap
pencemaran logam berat dan zat berbahaya lainnya.
2.
Pemanfaatan lahan kritis
Tanaman jarak merupakan jenis
tanaman yang cukup toleran terhadap cekaman lingkungan. Tanaman ini bisa tumbuh
di berbagai kondisi lahan. Dengan pengembangan tanaman jarak di lahan kritis
ini kita dapat mengatasi dua permasalahan sekaligus yaitu krisis energi dan
krisis ekologi/lingkungan.
3.
Pengembangan program pagar jarak.
Pengembangan program pagar jarak
ini sangat bermanfaat baik secara sosial maupun ekonomi. Model pelaksanaan
program ini menuntut peran aktif masyarakat dalam pengembangan tanaman jarak.
Jadi disini dibutuhkan pemahaman yang besar kepada masyarakat akan pentingnya
pengembangan sumber energi alternatif.
Pada program ini setiap warga
digalakkan untuk menanam pohon jarak sebagai pagar hidup disekeliling rumahnya.
Selanjutnya hasil dari pohon jarak ini (buah jarak) dikumpulkan melalui
mekanisme koperasi/kelompok tani/dasawisma yang selanjutnya diproses pada
sebuah pabrik pengolahan yang sudah disediakan oleh pemerintah sebelumnya.
Jadi disini diperlukan sebuah
perencanaan, sinergi/kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Ketika pemerintah menuntut masyarakat untuk mengembangkan tanaman jarak,
pemerintah juga harus sudah siap dengan beragam kebijakan dan prasarana yang
dapat menunjang kelangsungan dari program tersebut.
Seandainya ketiga model
pengembangan yang telah disebutkan diatas dapat dilaksanakan maka banyak
keuntungan yang akan diperoleh pemerintah dan masyarakat diantaranya yaitu:
1.
menanggulangi krisis energi
2.
Mengurangi lahan tidur yang tidak dapat dimanfaatkan karena pencemaran.
3.
Peningkatan ekonomi masyarakat
4.
menumbuhkan kesadaran penuh kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam
permasalahn krisis energi.
Sementara itu tingginya biaya
produksi dan sulitnya pemasaran disebabkan oleh belum jelasnya proses off
farm tanaman jarak. Minat investor untuk menanamkan modalnya untuk produksi
bahan bakar nabati masih sangt rendah. Hal ini disebabkan oleh masih minimnya
informasi tentng potensi minyak jarak di kalangan investor.
Oleh karena itu, kampanye tentang
penggunaan bioenergi dan keunggulan minyak jarak perlu digalakkan di
tengah-tengh masyarakt. Wacana tentang bioenergi ini harus menjadi prioritas
utama untuk dikembangkan di tengah masyarakat. Upaya ini diharapkan dapat
mendorong minat para investor untuk menanamkan modalnya di sektor ini.
Jika proses off farm dari
tanaman jarak ini telah ditangani dengan baik maka animo petani untuk menanam
jarak dengan sendirinya akan muncul. Jika pengusahaan tanaman jarak pagar
dilakukan oleh petani, yang notabene adalah kelompok ekonomi lemah, maka
pendapatan petani seluruh Indonesia akan meningkat.
Kesimpulan
Tanaman jarak merupakan sumber
energi alternatif terbarukan yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan di
Indonesia. Secara agronomis dan ekonomi pengembangan tanaman jarak dalam skala
komersial sangat mungkin dilakukan.
Secara agronomis tanaman ini dapat
tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi lahan bahkan pada lahan marginal
sekalipun. Tanaman ini tidak membutuhkan perawatan dan pengolahan lahan yang
terlalu intensif sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Selain itu tanaman
ini juga dapat bermanfaat untuk reklamasi lahan-lahan kritis. Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya
yang makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah
yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan
dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut.
Untuk itu indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar,
diharapkan untuk segera mengaplikasi bahan bakar nabati. Jarak pagar sebagai
tanaman penghasil energi yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi areal
merupakan potensi besar untuk dijadikan sebagai tanaman penghasil energi.
Semua potensi tersebut tidak
bernilai tanpa adanya dukungan dan political will dari pemerintah serta
masyarakat luas. Pembentukan tim nasional pengembangan bahan bakar nabati (BBN)
dengan menerbitkan blue print dan road map bidang energi untuk
mewujudkan pengembangan BBN merupakan langkah yang strategis sehingga dapat
dicapai kemandirian energi melalui pengembangan jarak pagar. Peran serta
masyarakat akan sangat membantu dalam pengimplemetasian pengembangan tanaman
penghasil bioenergi tersebut, sehingga pada akhirnya bangsa ini mampu keluar
dari krisis energi dengan pasokan energi bahan bakar nabati yang berkelanjutan.
Daftar Pustaka:
Ø Tim Nasional Pengembangan BBN, 2007, BBN, Bahan
Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak Bumi dan Gas,
Jakarta, Penerbit Swadaya.
Ø Sudrajat, 2006, Memproduksi Biodiesel
Jarak Pagar, Jakarta, Penerbit Swadaya
Ø Anonimous, 2005. Pemuliaan Mutasi Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Kementerian Negara Riset dan Teknologi -
Gedung II BPP Teknologi Lt. 6, Jl. MH Thamrin 8, Jakarta 10340. Firdaus, I.
U. 2005.
Analisa Investasi Jarak (Kaliki). PT. Nawapanca Adhi Cipta. Email : firdaus@nawapanca.com
Sopian, T. 2005. Biodiesel dari Tanaman Jarak http://www.beritaiptek.com. Email:tsopian@yahoo.com
Analisa Investasi Jarak (Kaliki). PT. Nawapanca Adhi Cipta. Email : firdaus@nawapanca.com
Sopian, T. 2005. Biodiesel dari Tanaman Jarak http://www.beritaiptek.com. Email:tsopian@yahoo.com
Ø Pengembangan Jarak Untuk Biodiesel Nelayan
Hanya Mematok Harga Rp 500/kg Biji Jarak, Kompas, 18/02/2006.
Ø Penyediaan Bahan Baku Bahan Bakar Nabati
(Biofuel) berbasis jarak Pagar, Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen
Pertanian, Jakarta, 22/02/2006
Ø http://basuki1.blogdrive.com, 13/09/2006.
Ø http://en.wikipedia.org/wiki/Glycerine.